intriknews.com - Jakarta - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar mengaku ikhlas menjalani hari demi hari di dalam sel terungku.
Namun, keyakinan dan kegigihannya untuk mengungkap kebenaran terus dilakukan.
Hal ini semata untuk membersihkan namanya dari label otak pembunuhan berencana terhadap pengusaha Nasrudin Zulkarnen.
Upaya praperadilan, banding, kasasi, hingga peninjauan kembali telah dilakukannya, kendati selalu berbuntut kegagalan.
Selama proses itu, tujuh tahun sudah Antasari menjalani masa hukumannya dari vonis 18 tahun penjara.
Sekarang, dia sedang menjalani proses asimiliasi jelang pembebasan bersyarat pada November 2016.
Dalam sebuah wawancara dalam program "Aiman" yang tayang di Kompas TV, Sabtu (16/1/2016) lalu, Antasari bercerita soal kesehariannya menjalani asimilasi di kantor notariat hingga soal kasus yang membuatnya dijebloskan ke dalam bui.
Antasari mengungkapkan selama mendekam di dalam penjara, dirinya terus berupaya membuktikan dia tidak bersalah.
Tiga buku sudah dia tulis untuk mengunkap tabir kejanggalan kasusnya. Buku-buku itu juga yang kelak dijadikan Antasari untuk menjelasakan kepada anak dan cucunya.
"Sekarang saya sedang garap buku keempat. Harapannya, saat mereka dewasa, bisa membaca itu, apa betul kakeknya adalah perencana pembunuhan. Buku itu pengantar yang baik dalam memahami sejarah," ucap Antasari.
Antasari juga sedang menggugat UU Permohonan Grasi ke Mahkamah Konstitusi.
Dia berharap apabila dikabulkan, Presiden Jokowi mau membebaskannya dari segala vonis hakim.
"Siapa bilang saya tidak melawan? Saya melawan, dengan instrumen hukum. Saya praperadilan, banding, kasasi, PK, hingga sekarang saya ajukan grasi," imbuh mantan jaksa ini.
Ada di dalam penjara dengan kebebasan yang dibatasi telah membuat Antasari banyak merenung.
Dia menyadari dia adalah korban dari sebuah rekayasa yang dilakukan sekelompok orang.
Berada di masa jaya dengan memimpin KPK telah menjadikannya kini sebagai narapidana.
Namun, Antasari menyadari itulah risiko yang harus ia jalani.
"Waktu itu saya pikir, apa sanggup saya jalani ini? Kondisi saya yang sedang meniti karir langsung dianjlokkan di bawah sekali. Keikhlasan lah yang buat saya kuat. Kalau saya dendam, marah, sakit saya," ucap Antasari.
Memaafkan
Antasari mengenang saat masih menjadi Ketua KPK, dia tidak pernah berpikir negatif terhadap semua rekan kerja hingga teman.
"Semua saya anggap emas," ucap Antasari.
Termasuk, saat ada seorang kawannya dari kalangan intelijen mengingatkan Antasari bahwa ada skenario untuk menjatuhkannya.
Antasari tidak ambil pusing.
Namun, beberapa lama setelah pertemuan itu, kasus pembunuhan berencana Nasruddin Zulkarnaen mencuat.
Polisi langsung menyebut Antasari adalah dalangnya.
Motif cinta segitiga antara Antasari, caddy golf Rani Juliani dengan Nasrudin diangkat.
"Rani tidak pernah satu kali pun jadi caddy saya. Tapi dikondisikan jadi caddy saya, supaya nyambung," ujarnya.
Antasari menyatakan dia tahu siapa saja yang merekayasa, menembak Nasruddin, hingga menggerakkan Rani untuk menjebaknya ke Hotel Mahakam.
Namun, Antasari menyatakan akan menutup rapat semua itu.
Dia tidak ingin negara ini kembali gaduh seperti tujuh tahun silam.
Dia pun sudah memaafkan seluruh orang yang telah menjebloskannya ke dalam bui.
"Ya sudahlah, sekali pun di mata publik dengan masuk penjara ini saya terhina. Tapi saya yakin, di mata Allah, saya mulia," kata Antasari.
Sumber: Tribunnews
0 Response to "Antasari: Dimata Publik Saya Terhina, Tapi Saya Yakin, Dimata Allah Saya Mulia"
Posting Komentar