Partai Keadilan Sejahtera (PKS), partai yang saat ini selalu menarik untuk ‘digoreng’ dan dicari celah posisi negatifnya dimata publik.
Membangun opini negatif kepada PKS ibarat candu bagi media untuk menaikkan rating pemberitaan dimata para pemikir Liberal yang memang khittahnya sudah memiliki prinsip agama dan politik tidak bisa disatukan.
PKS adalah antitesa dari sebuah model politik oportunis. Bukankah berpolitik itu adalah untuk berkuasa dan memperjuangkan kepentingan sendiri? Namun politik PKS seolah melawan arus yang ada, dan hal inilah yang menyebabkan PKS selalu ditunggu ‘kesalahannya’. Dengan menemukan kesalahan pada PKS seolah menemukan cara pemberontakkan atas perjuangan yang selama ini digelorakan oleh PKS.
Memberitakan hal negatif kepada partai opportunis tentu ibarat menampar angin semata, karena partisipasi pendukungnya pun tidak semilitan partai kader seperti PKS; tentu akan berbeda apabila pemberitaan negatif tersebut diberikan kepada partai seperti PKS, apapun informasi dan pemberitaannya akan mendapatkan perhatian dan sorotan dari kader militan PKS; disaat itulah hukum ekonomi mulai bicara terkait rating dan oplah (pendapatan bisnis).
Membangun opini negatif kepada PKS juga ibarat memberikan ‘vitamin’ bagi para pemikir liberal di negeri ini; yang sejak dari dahulu menginginkan politik dipisahkan dari nilai nilai agama. Bagi mereka (para pemikir liberal) keberadaan PKS ibarat batu penghalang penyebaran faham ‘kebebasan’ dan plurarisme sehingga harus dilawan!
Dua kepentingan menjadi satu, satu karena menarik untuk meningkatkan rating dan oplah media dan satu lagi karena keberadaannya ‘menganggu’ rencana besar mereka kedepan untuk meliberalkan agama.
Semua karena satu nama, yaitu PKS.
(bang DW)
___
*Sumber: lingkarannews.com
0 Response to "PKS, Antara Oplah Media dan Opini Anti Islam"
Posting Komentar