Kemacetan panjang selama libur Natal beberapa hari ini (Sabtu, 26/12/2015) akhirnya memakan korban. Dirjen Perhubungan Darat hari ini menyatakan mengundurkan diri karena merasa gagal mengantisipasi situasi.
Mengundurkan diri adalah sikap kesatria para pemimpin yang sudah biasa di Jepang dan negara maju lainnya di Eropa dan Amerika. Tetapi di Indonesia belum menjadi budaya.
Awal bulan lalu Dirjen Pajak juga mengundurkan diri karena merasa gagal mencapai target perolehan pajak. Berarti sudah dua pejabat sekelas dirjen yang mundur karena merasa gagal menjalankan tugasnya.
Mengundurkan diri bukanlah tindakan memalukan. Mengundurkan diri merupakan keputusan biasa sebagai konsekuensi atas ketidakberhasilan menjalankan tugas.
Saya secara pribadi memberikan penghargaan yang tinggi kepada para pejabat yang mengundurkan diri karena merasa bersalah. Mengundurkan diri tanpa dipaksa-paksa siapa pun.
Sayangnya tidak banyak pejabat yang mau menyadari kekurangannya. Sudah jelas APBN jebol, sudah jelas utang luar negeri membengkak, sudah jelas pengangguran bertambah, sudah jelas kebijakannya banyak yang melanggar UU, masih saja cengengesan sambil berkata "Aku rapopo."
Belajarlah pada para dirjen yang secara kesatria mengakui ketidakberhasilannya menjalankan tugas dengan cara mengundurkan diri.
(Joko Intarto)
*Sumber: fb
0 Response to "Budaya Ksatria "Mundur diri" VS Budaya Tak Tau Diri "Aku rapopo""
Posting Komentar