Akhwat Senja, Siapa yang Akan Menyelamatkannya?

Fulanah sudah memasuki usia kepala empat. Ia sudah dilangkahi adiknya. Tidak hanya satu adik tapi empat adiknya sudah meminta izin menikah duluan. Di usianya yang beranjak senja, belum ada yang meminangnya.

Di tempat lain, ada seorang ikhwan yang sudah berumah tangga dan mempunyai anak mendapat telepon dari seorang ummahat. Dalam obrolan tersebut, ummahat meminta carikan ‘calon’ untuk para binaannya. Agak “susah”, pasalnya binaannya rata-rata berusia tiga puluhan ke atas dan ada yang janda pula.

“Poligami saja. Rada susah mencari ikhwan muda mau sama yang lebih berumur dan janda,” ungkapnya.

Idealis namun juga realistis

Ada akhwat yang sudah berumur namun menginginkan yang belum pernah menikah, bukan duda apalagi yang sudah beristri. Sementara ikhwan yang lajang, rata-rata–tidak menafikkan yang ada–juga inginnya menikah dengan yang lebih muda. Di sini tidak akan bertemu.

    Haruskah menikah dengan duda?

    2. Atau haruskah menikah dengan yang sudah beristri alias menjadi istri muda?

    3. Atau masih berharap ada laki-laki lajang untuk meminang?

Pertanyaan pertama dan kedua cukup menakutkan. Dan yang ketiga seperti sebuah ketidakmungkinan meski bukan sebuah kemustahilan. Di saat yang sama, laki-laki masa kini justru mengalami ‘kemunduran’ dan ‘kemerosotan’ bahkan cenderung mengalami kepunahan karena penyakit suka sesama jenis makin merebak. Naudzubillah min dzalik. Allah adalah sebaik-baik memohon pertolongan.

Kembali ke Fulanah berusia empat puluhan tadi. Setelah cukup lama menunggu ia akhirnya menikah dengan seorang satpam, duda beranak satu. Meski pada akhirnya, hitungan bulan ia berpisah. Divorce. Ya allah…





Penulis: Muhammad Sholich Mubarok
Sumber: http://ift.tt/1SCtxJp

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Akhwat Senja, Siapa yang Akan Menyelamatkannya?"

Posting Komentar