Ustadz Musyafa Ahmad Rahim*
Kemarin, Selasa 27 Oktober 2015, selagi santai (alhamdulillah banyak bersantai nih, semoga nggak mengurangi produktifitas dan meraih pahala di sisi Allah SWT), saya membuka channel Aljazeera.
Ada dua berita menarik untuk saya ceritakan di sini:
Pertama: berita tentang forum Dafos yang mengeluarkan rangking negara-negara di dunia dalam hal kualitas pendidikan. (semoga bisa saya ceritakan pada kesempatan lain).
Kedua: berita tentang persiapan partai-partai di Turki untuk pemilu ulang pada Ahad 1 November 2015 mendatang.
Terkait berita kedua ini ada dua point yang menarik perhatian saya:
1. Hampir semua partai melakukan perubahan cukup signifikan terhadap daftar caleg masing-masing.
2. Justru perubahan daftar caleg terbesar terjadi pada AKP pimpinan Ahmet Davud Oglu dan yang mempunyai tokoh yang menjadi presiden Turki Racep Ordogan.
Yang paling menarik perhatian saya terkait dengan perubahan daftar caleg AKP adalah: kembalinya 32 caleg AKP yang pada pemilu yang lalu nama-nama mereka sudah tidak dicalonkan lagi.
Menurut berita dan sumber info lain yang saya dapatkan, ringkasan ceritanya adalah sebagai berikut:
1. Di dalam internal AKP ada peraturan bahwa para aleg dari AKP yang sudah menjadi aleg selama tiga periode, tidak diperbolehkan dicalonkan lagi. Dan yang terkena peraturan itu diantaranya adalah 32 caleg yang sekarang namanya muncul lagi. Jadi mereka, pada pemilu terakhir yang lalu, “dicoret” karena sudah tiga kali menjadi aleg, maka mereka tidak boleh menjadi caleg untuk menjadi aleg para periode yang ke-empat. Namun, kenapa sekarang nama mereka muncul lagi? Jawabannya pada point 3 di bawah insyaAllah.
2. Menurut berbagai sumber yang saya dapatkan, posisi 32 yang “dicoret” dari daftar caleg pada periode yang lalu, digantikan oleh “tokoh-tokoh” akademis yang sangat top menurut sudut pandang kepakaran akademis. Namun, sayangnya, mereka bukanlah orang-orang yang selama ini dekat dengan masyarakat, sedangkan pekerjaan pemilu adalah pekerjaan “mencari suara”. Karenanya, mereka gagal dalam mendapatkan perolehan kursi. Dan akibatnya (ini analisa basyari lho ya), AKP gagal sebagai pemenang mutlak dalam pemilu terkahir yang lalu. Dan akibatnya lagi, mereka gagal membentuk pemerintahan secara mandiri. Repotnya, mereka gagal pula dalam membangun koalisi. Dan akibat lanjutannya lagi …, dan akibatnya lagi … dst. Kalian sudah pada tahu semua. (intinya, banyak akibat dari “sebuah keputusan”).
3. Namun, kenapa muncul lagi nama 32 caleg yang “sudah dicoret” pada pemilu terakhir yang lalu?
Jawabannya, berdasar analisa basyari, sebab mereka lah yang selama ini meri’ayah massa mereka, mereka lah yang selama ini telah dikenal dan dekat dengan massanya. Oleh karena itu, mereka dimunculkan lagi, dengan harapan (semoga), mereka sukses dalam meraih 32 kursi yang “sempat” hilang itu. Harapan lanjutannya, mereka berharap akan menang secara mutlak. Harapan lanjutannya lagi, mereka dapat membentuk pemerintahan secara mandiri. Harapan lanjutannya lagi … lagi … dan lagi.
Saya jadi sedikit mikir dan merenung: AKP dengan seabrek kesuksesan, ternyata, saat mereka mengganti daftar nama para caleg-nya, nyaris terlempar dari kekuasaan.
Kita do’akan, semoga kali ini mereka meraih kembali kemenangan mutlak dalam pemilu 1 November 2015 mendatang, dan semoga dengan kemenangan mereka, Islam dan kaum muslimin mendapatkan izzah dan kemuliaannya, amin.
*dari fb ustadz Musyafa Ahmad Rahim (28/10/2015)
0 Response to "Mengganti Caleg yang 'Membumi', Strategi AKP di Pemilu Ulang Turki"
Posting Komentar