Pahlawan Beltaji Ukir Sejarah


Tanggal 16 November 2015 lalu, Muhammad Beltaji (Mohamed Beltagy) kembali disidangkan di mahkamah kudeta As-Sisi.

Saat beliau diberi kesempatan memberikan pembelaannya, dengan lantang tokoh Ikhwnaul Muslimin ini berucap:

"Saya sampaikan (pembelaan) di sini bukan karena minta dikasihani, tapi saya di sini sedang mengukir sejarah. Betapa peradilan telah melampaui batas memvonis saya 200 tahun penjara ditambah lagi hukuman mati," ujar Belatji.

"Saya katakan, saya tidak takut kecuali pada Allah!!!" Tegasnyai.

Beliau tegar, tersenyum penuh keyakinan...

Mohamed Beltagy (lahir 1963) adalah seorang dokter Mesir dan politisi Ikhwanul Muslimin. Ia adalah seorang Anggota DPR dari 2005 sampai 2010, dan Sekjen Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP).

Setelah kudeta militer 2013 atas Presiden Mursi, jaksa memerintahkan penangkapan Beltagy pada 10 Juli 2013. Pada tanggal 14 Juli 2013 pengadilan rezim kudeta memerintahkan aset Beltagy untuk dibekukan.

Pada 14 Agustus 2013, putri semata wayang Mohamed el-Beltagy, Asmaa el-Beltagy (17 tahun) gugur syahid pada peristiwa Tragedi Rabaa saat pasukan kudeta Mesir menyerbu massa demonstran pendukung presiden Mohamed Morsi di Kairo. Dia ditembak di punggung dan dada.

Saat putrinya gugur, El Beltaji mengungkapkan perasaannya lewat sebuah surat:

Putriku tercinta dan guru yang tak ternilai, Asma al-Beltaji. Saya tidak mengucapkan selamat tinggal kepadamu, saya katakan besok kita akan bertemu lagi.

Engkau telah hidup dengan kepala terangkat ke atas, melakukan pemberontakan melawan tirani dan belenggu dan mencintai kebebasan. Dengan diam, engkau telah hidup sebagai seorang pencari cakrawala baru untuk membangun kembali bangsa ini sehingga mereka mempunyai tempat yang layak di antara peradaban.

Engkau tidak pernah menyibukkan diri dengan apa yang orang-orang seusiamu sibuk melakukannya. Meskipun pendidikan tradisional gagal memenuhi aspirasi dan ketertarikanmu, engkau selalu menjadi yang terbaik di dalam kelas.

Saya tidak memiliki cukup waktu yang berharga dalam hidup yang singkat ini, terutama waktu-waktu yang dihabiskan bersamamu. Terakhir kali kita duduk bersama di kamp Rabaa al-Adawiyah, engkau mengatakan kepadaku: “Bahkan ketika ayah bersama kami, ayah sibuk”. Saya lalu katakan: “Tampaknya kehidupan ini tidak cukup untuk kita nikmati bersama. Jadi, saya meminta kepada Allah agar kita bisa menikmatinya di surga”.

Dua malam sebelum engkau dibunuh, saya melihatmu dalam mimpi mengenakan gaun pengantin putih dan engkau terlihat begitu anggun. Ketika engkau duduk di sampingku, aku bertanya: “Apakah ini malam pernikahanmu?”  Engkau menjawab: “Tidak bukan malam ini, tapi sore.”

Ketika mereka bilang engkau dibunuh pada Rabu sore, aku mengerti apa yang engkau maksud dan aku tahu Allah telah menerima jiwamu sebagai syuhada. Engkau telah memperkuat keyakinanku bahwa kita berada di atas kebenaran dan musuh kita dalam kepalsuan.

Yang membuatku sakit adalah aku tidak bersamamu di saat terakhirmu dan aku tidak bisa melihat dan mencium dahimu untuk terakhir kalinya dan mendapat kehormatan melakukan sholat jenazah untukmu. Bukan, bukan karena aku takut untuk hidup di penjara atau terbunuh, tetapi engkau harus tahu bahwa aku tidak di sana untuk menyelesaikan revolusi ini, untuk menang dan mencapai tujuannya.

Jiwamu telah diangkat dengan kepala terangkat tinggi melawan tiran. Peluru telah memukul dadamu. Ada tekad dan jiwa yang besar dalam dirimu. Aku percaya bahwa engkau setia pada janji Allah dan Dia pun setia kepada janji-Nya untukmu. Itulah mengapa bukan kami yang diberikan syahid ini, melainkan engkau.

Putriku dan guruku tercinta…
Saya tidak akan mengucapkan selamat tinggal kepadamu. Kita akan segera bertemu dengan Nabi kita tercinta dan para sahabatnya di tepi kolam Surga Kautsar dan itu adalah pertemuan dimana kita bisa memliki satu sama lain. 

مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ رِجَالٌ۬ صَدَقُواْ مَا عَـٰهَدُواْ ٱللَّهَ عَلَيۡهِ‌ۖ فَمِنۡهُم مَّن قَضَىٰ نَحۡبَهُ ۥ وَمِنۡہُم مَّن يَنتَظِرُ‌ۖ وَمَا بَدَّلُواْ تَبۡدِيلاً۬

"Di antara orang-orang mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu (apa yang telah Allah janjikan kepadanya) dan mereka sedikitpun tidak merobah (janjinya)". [QS.Al-Ahzab: 23]

__
Sumber: Gus Ulis, Al-Azhar AlYaum, ROL



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pahlawan Beltaji Ukir Sejarah"

Posting Komentar