[RELAWAN KRISIS]
Sarapan pagi dengan headline Media Indonesia: "Rakyat Harus Optimis". Sayangnya, lambatnya gerak pemerintah dalam mengantisipasi dan mengatasi laju krisis, yang misalnya ditandai oleh sejumlah penyangkalan mereka sebelumnya bahwa krisis akan terjadi, membuat kita semua pantas pesimis.
Barangkali, satu-satunya yang bisa membuat kita optimis adalah jika ada sejumlah warga negara yang kembali menggalang dukungan secara terstruktur, massif, dan sistematis, untuk membantu pemerintah mengatasi krisis. Misalnya, dengan mengadakan pengumpulan koin atau uang semampunya untuk membiayai sejumlah proyek pembangunan kecil-kecilan. Ya, kayak musim kampanye kemarinlah.
Dalam skala yang jauh lebih besar, fatwa seorang dosen UI bahwa sebaiknya ibadah haji dan umroh selama krisis dihentikan, juga ada baiknya dicoba. Para calon jamaah haji diminta kerelaannya untuk menyumbangkan saja tabungannya bagi biaya pemulihan krisis. Sebagai insentif, MUI, yang sedang melakukan Munas di Surabaya, bisa kita minta agar mengeluarkan fatwa bahwa tabungan haji yang disumbangkan itu pahalanya sama dengan haji mabrur seratus kali.
Ikhtiar ini, jika berjalan, akan membuktikan bahwa spirit relawan memang bukan hanya konstruksi marketing politik belaka, yang sekadar hidup di masa kampanye.
Gerakan ini, untuk menyumbang pemerintah yang fakir ini, kita sebut saja sebagai Gerakan Relawan Krisis.
Jangan khawatir, jika krisis sudah lewat, pemerintah akan kita desak untuk memberikan insentif. Kalau tidak jadi komisaris, ya minimal rakyat bisa jadi duta besarlah, digilir tiap relawan per bulan, atau dengan memperhatikan besar kerelaan yang sudah diinvestasikannya.
Siapa mau jadi relawan? #efekmigrain
*dari fb Tarli Nugroho (Rabu, 26/8/2015)
0 Response to ""KOIN UNTUK JOKOWI" Dibutuhkan RELAWAN untuk Atasi KRISIS"
Posting Komentar