Oleh Canny Watae
Tidak butuh teori ekonomi yang njlimet untuk membuktikan keterpurukan Rupiah adalah karena Jokowi "tak berfungsi". Mudah dan sederhana.
Logikanya begini:
(1) Dengan terpilihnya Jokowi sebagai presiden, maka nilai tukar rupiah terhadap dollar ada di level 10 ribuan sebagaimana disuarakan Kompas, Tempo, Detik. Katakanlah 10.500 per dollar.
(http://ift.tt/1OWgOQb)
(2) Ekonomi Amerika dan Eropa membaik, tentulah ada pengaruhnya ke kita, yaitu menguatnya Dollar. Oke, kurs menjadi 10.700.
(3) Krisis Yunani terjadi. Halah, krisis ini adalah krisis yang sudah terduga jauh hari sebelumnya. Dari 10 tahun yang lalu Yunani sudah terduga akan mengalami krisis. Krisis Yunani ini urusan regional Eropa. Apalagi Yunani berada dalam zona Euro (barengan dengan banyak negara eropa lainnya, Yunani menggunakan mata uang yang sama, yaitu Euro). Artinya, krisis Yunani adalah krisis internal Eropa. Well, katakanlah mempengaruhi kurs rupiah terhadap dollar. Oke, kurs menjadi 10.750.
(4) Bank Sentral Amerika, Federal Reserve (FED) diisukan akan menaikkan suku bunga simpanan. Berarti, banyak pemilik dollar akan lebih memilih menyimpan uangnya di Amerika. Dollar "pulang kampung". Karena dollar mudik, terjadi kelangkaan dollar, akibatnya sesuai hukum supply-demand, di mana supply berkurang sedangkan demand tetap bahkan cenderung bertambah, maka dollar naik. Oke, kurs terkoreksi menjadi 10.900.
(5) Tiongkok mendevaluasi Yuan 2%, lalu terjadi efek penurunan lanjutan Yuan. Banyak mata uang dunia yang terpengaruh. Sret sret, rupiah terhadap dollar juga kena getah. Oke, ditambah kepanikan sesaat, kurs terkoreksi cukup dalam, menjadi 11.500.
(6) Korea Utara ngancam Korea Selatan. Duhhh... kebangetan ini mah. Baiklah, kurs terkoreksi lagi. Kali ini menjadi 11.600.
Nahh.... paling jeblok sebenarnya kurs rupiah-dollar tidak lebih dari 12 ribu.
Kenyataan sekarang 14 ribu (!).
Berfungsikah Jokowi?
Alih-alih, saat baru menjabat dollar ada di 11.600-an, bukannya naik ke level 10 ribuan.
Baru menjabat sudah mencabut subsidi BBM. Efeknya menaikkan biaya produksi banyak barang ekspor. Ekspor melempem, dollar seret masuk Indonesia. Pertambahan cadangan devisa melambat. Pondasi untuk rupiah melemah.
Dalam kondisi negaranya butuh banget duit untuk membangun, eh, dia tega teganya menyindir lembaga keuangan internasional yang paling kuat: Bank Dunia dan IMF. Belakangan, malah cari pinjaman ke Tiongkok. Eh, minjam juga ke bank dunia. iki piye iki?
Hanya sehari setelah devaluasi Yuan oleh Tiongkok, ehh, dia merombak kabinet. Di pos-pos "keramat" pula. Timing nya sangat tidak pas. Malah bikin panik pasar.
Yang paling parah, dia pernah bilang soal rupiah dia tidak panik karena Gubernur BI saja tidak panik.
Presiden Jokowi: Rp 13.200 per USD, BI saja tenang saya juga tenang
http://ift.tt/1HHqPxo
Halaahhh??? Orang nomor 1 tidak panik karena orang nomor 10 tidak panik... itu namanya lari dari tanggung jawab sebagai leader.
Berfungsikah Jokowi?
0 Response to "Bukan Karena Faktor Eksternal, Tapi Karena Jokowi Tidak Berfungsi"
Posting Komentar