By: Nandang Burhanudin
Ade Armando, sosok yang cukup didengar dalam masalah kebebasan pers dan menghargai perbedaan pandangan. Namun kini menampakkan jati diri sebenarnya, bahwa dahulu ia "menampilkan kesan netral" sebab ketegasan Pak Harto yang "menghadiahi hotel prodio" bagi siapapun yang menodai agama (Islam).
Namun ocehannya di medsos, benar-benar menampilkan kebencian mendalam terhadap Islam dan umatnya. Adapun kebencian di lubuk hatinya, teramat besar. Entahlah, apakah ocehan-ocehan anehnya bagian dari strategi kaum Liberalis-Sekularis-Aliran sesat. Atau hanya "keganjenan intelektual" di tengah pesta pora kaum Islamphobia atas kemenangan Jokowi di panggung kekuasaan.
Bila di negara-negara Arab, kini marak kaum intelektual yang menjadi murtaziqoh (mercenaries/tentara bayaran), maka setali tiga uang di Indonesia pun sama. Prinsip yang dianut sama: 'Kencingi zamzam, engkau akan terkenal'. Benci Islam sebenci-bencinya, dirimu akan kesohor. Lecehkan syariat sehina-hinanya, dirimu akan disebut intelektual handal dan disediakan media yang siap membesarkan.
Mempermasalahkan dana ibadah umroh atau haji, atau mengerdilkan Al-Qur'an, adalah bagian "proyek multinasional" yang teramat gurih. Mereka tahu, umat Islam akan bereaksi keras. Urat saraf akan tegang. Cukup untuk melupakan pelbagai sumber daya alam yang dikeruk Asing dan Aseng. Atau melupakan kebengisan penjajah berwajah pribumi yang berkolaborasi dengan penjajah berwajah China.
Ade Armando, Ulil Abshar Abdalla, Zuhairi memang diarahkan untuk melakonkan peran "bulsit" (penimbul situasi). Menciptakan suasan kebencian yang dikemas dengan jargon-jargon yang susah dimengerti. Apapun sebutannya, meracuni adalah misinya.
Jamaknya seperti di Mesir. Balatentara berbayar ini bahu membahu. Menebar jala-jala jebakan. Kebencian terus ditebar di kalangan umat Islam. Satu persatu dibenturkan. Sebagai misal. Semua elemen dirayu untuk memusuhi dan membenci IM, hingga kudeta terhadap Presiden Mursi dan IM dihabisi. Sebelum itu, mereka memecah dulu kaum Salafy. Kemudian memecah belah kalangan Al-Azhar. Semua sukses dilakukan dan Mesir kini terbelah. Menjadikan HAMAS sebagai musuh dan Israel sebagai kekasih. Ulama-ulama yang telah mengabdi lebih dari 60 tahun dan dikenal penuh dedikasi, kini dipinggirkan.
Praktik di Mesir inipun akan dilakukan di Indonesia. Membenturkan NU-Muhammadiyah, NU vs Wahabi (kelompok Islam antiSyiah). Hingga seorang Ade Armando, membabat habis aib PKS, partai yang dikenal khalayak sebagai partai yang lahir dari rahim gerakan Islam yang masih eksis. Ade Armando menutup mata atas kejahatan-kejahatan BIG, SUPER, dan MAHA yang dilakukan partai berbasis Islam lainnya. Bahkan sama sekali tidak pernah kritis terhadap kejahatan terstruktur, massif, dan terencana dari partai Nasionalis-Kristen seperti PDIP atau parpol lainnya.
Ade Armando lupa, bahwa sebagai muslim, dirinya sepatutnya paham bahwa dalam Islam ada pintu taubat nashuha. Toch pada kenyataannya, sosok seperti LHI, Arifinto, jika pun pernah melakukan kesalahan. Mereka bisa jadi kini tengah menjalani pembersihan diri atas kekhilafan dan salah yang pernah dijalani. Lalu bagaimana dengan koruptor-koruptor MEGAskandal lainnya, yang kini "cuap-cuap" sebagai manusia suci? Apakah yakin mereka tidak menikmati video porno atau terbebas dari perzinahan? (bukan nikah halal seperti yang dilakukan LHI).
Silahkan anda mencibir apapun terhadap tulisan di atas. Namun pada faktanya, kehadiran Islam di panggung kekuasaan memang dihalangi. Levni, mantan menteri Kehakiman Israel dan Moshe Dayan mantan Menhan Israel menegaskan, "Tugas kami adalah menghalangi siapapun dari kalangan Islamis, agar tidak meraih kekuasaan di manapun."
0 Response to "Ade Armando dan Kaum Islamphobia"
Posting Komentar